Minggu, 19 Juli 2009

NAK, KAPAN ENGKAU MENIKAH? ATAU........ AYAH, IZINKAN AKU MENIKAH?

Pernikahan memang selalu menarik untuk dibahas. Entah mengapa, topik ini selalu menyedot komentar-komentar yang juga menarik. Saya masih ingat, sekitar empat atau lima tahun yang lalu saat Seminar “Pernikahan Dini” digelar di Baruga A.Pettarani UNHAS, peserta membludak di luar perkiraan panitia.
Judul di atas saya ambil dari dua judul sampul di Nabila koleksiku di rumah. Keduanya mirip. Membahas masalah yang sama. Tapi dari sudut pandang yang berbeda. Satu dari sudut pandang orang tua, satunya lagi dari sudut pandang anak.
Ada seorang akhwat mahasiswa kedokteran yang ditanya oleh ibunya,” Kalau ada dua orang laki-laki datang melamar. Satunya dokter dan satunya lagi ustadz (ikhwan, red). Mana yang akan kamu pilih?” Jelas ini adalah pertanyaan menantang. Tapi dengan tegas akhwat tersebut menjawab, “ Saya akan memilih ikhwan.”
Sangat beralasan sebenarnya. Sudah semestinyalah seorang perempuan memilih calon suami yang bisa dijadikan imam dalam rumah tangga. Dalam pandangan orang awam,terlalu naif jika ingin menolak lamaran seorang dokter. Kesiapan dalam hal materi tidak perlu lagi dipertanyaan. Tapi bagaimana dengan agamanya?
Dalam sebuah hadist Rasulullah :
Dari Abu Hatim al-Muzani Radhiyallahu 'anhu , ia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا جَاءَكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِيْنَهُ وَخُلُقَهُ فَانْكِحُوْهُ، إِلاَّ تَفْعَلُوْا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي اْلأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيْرٌ
.

Jika datang kepada kalian seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dengan anak kalian). Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar.” Hadits hasan lighairihi: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 1085). Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 1022)
Jelas sekali bahwa seorang laki-laki lebih pantas dipilih karena keshalihannya. Dengannya seorang wanita bisa mendapatkan ridha Allah. Subhanalah.....

Lantas jika ada seorang perempuan yang berkali-kali menolak lamaran laki-laki yang shaleh hanya dengan alasan materi dan perhitungan dunia saja, pantaslah seorang ayah bertanya,” Nak, kapan engkau menikah ?”
Atau sebaliknya, telah datang laki-laki shalih ke rumah kita, tapi Ayah menolak mentah-mentah dengan alasan karena takut putrinya melarat. Beranikah kita berkata,” Ayah izinkan aku menikah dengannya?”

Tidak ada komentar: